Lars, Rumi, dan Tanah Jawa
Tanah Bangsawan, sebuah buku fiksi yang berasal dari Alternative Universe atau AU karya akun Twitter @Filiananur_ atau dikenal dengan nama Filiana Nur Wahiddah seorang penulis kelahiran 22 Mei 2004. Seorang mahasiswi Prodi Hukum Tata Negara Angkatan 22 di UIN Sunan Kalijaga yang memperkenalkan budaya Jawa dalam kemasan kisah romansa.
Filiana membuat buku ini dengan alasan utamanya, yaitu ingin memperkenalkan budaya Jawa lebih luas lagi pada generasi muda dengan kemasan yang mungkin lebih diminati, yaitu novel romansa. Serta ia juga ingin meluruskan mengenai doktrin yang berkembang di masyarakat awam luar jogja mengenai budaya Jawa terutama sesaji.
Filiana mampu membangun setiap karakter yang memiliki sifat yang mampu membuat kita sebagai pembaca terpukau. Lars, sosok pemeran utama dalam novel Tanah Bangsawan yang memiliki sifat dermawan rendah hati, dan tidak semena-mena. Filiana dapat membuat sosok Lars yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang kita ketahui tentang orang Belanda pada saat itu. Filiana membuat sosok Lars untuk meluruskan pikiran kita yang terdoktrin dengan Belanda yang jahat, Filiana berpikir dogma mengenai itu harus disingkirkan meski kita tahu bahwasannya kita dijajah oleh Belanda namun dari sekian banyak keluarga Belanda yang ada tidak semuanya jahat. Rumi, salah satu sosok pemeran perempuan pribumi yang begitu kuat dengan pendiriannya, Rumi dan Lars memiliki awal kisah yang unik, Rumi mencuri gulden milik Lars, menyandera Lars, bekerja dengan Lars, dan jatuh kedalam pesona Lars. Sosok Rumi ini dapat membuat kita bingung pada awalnya karena dari mencuri gulden milik Lars untuk malah berakhir menjadi dekat. Sosok Rumi yang bahkan mampu menceritakan kembali sebuah kisah pewayangan kepada Lars dan kita sebagai pembaca. Filiana melalui sosok Rumi menceritakan kembali sebuah kisah perwayangan yang berjudul “Semar Bangun Kahyangan” karena menurutnya kisah tersebut adalah kisah yang paling mudah dimengerti oleh kalangan muda. Melalui sosok Rumi yang dibangun oleh Filiana, ia memberikan wejangan kepada generasi muda bahwasannya semua tidak hanya perihal cinta, terlalu banyak cerita yang membawa hal cinta hingga mengalahkan segalanya. Jadi meski jatuh, Lars dalam novel ini tetap tidak akan memilih Rumi setelah apa yang dilakukan oleh Rumi.
Dalam novel Tanah Bangsawan, Filiana benar-benar dapat menggambarkan bagaimana keadaan Tanah Jawa pada saat itu, walau ia mengalami kesulitan dalam observasi tetapi ia tetap mampu untuk membawa pembaca mengetahui tentang bagaimana keadaan Tanah Jawa, Filiana bahkan melakukan observasi kurang lebih selama setengah tahun ke tempat-tempat seperti Keraton Jogja, Keraton Solo, beberapa Museum Yogyakarta, Abdi Dalem Keraton Jogja dan Keraton Solo, Budayawan Wayang Jogja, dan beberapa Seniman Jogja. Filiana bukan hanya melakukan observasi tetapi ia juga memvisualisasikan apa yang terjadi dalam kisah Lars dan Rumi dengan ilustrasi buatan sendiri.
Salah satu hal yang unik dan menarik dalam kisah Lars dan Rumi adalah Rumi yang menyebut bahwa Lars mirip dengan Burisrawa. Pada novel Tanah Bangsawan Rumi menjelaskan bahwa Burisrawa adalah tokoh wayang yang jelek tetapi pada kenyataanya sosok Burisrawa adalah salah satu tokoh yang dengan kisah cintanya yang mengenaskan. Cintanya murni tapi tidak bisa bersama karena suatu hal, sama seperti kisah cinta Lars dan Rumi.
Diakhir cerita juga ada sebuah kutipan yang disampaikan oleh Filiana, yaitu
“Hidup tak akan pernah lepas dari karma dan cinta, sedangkan logika akan menjadi penuntun agar keduanya menjadi seimbang. Percayalah, semesta akan merestui kisah yang sesuai dengan norma.”
Kutipan tersebut dibuat untuk menyampaikan bahwasannya Filiana tidak mau semuanya kalah hanya karena cinta. Selalu ada karma yang hadir di setiap perbuatan manusia.
Filiana dapat membuat pembaca terhipnotis dengan tulisannya, Sebuah cerita yang tidak hanya menceritakan tentang cinta tetapi juga banyak hal yang tidak banyak diketahui oleh orang-orang mengenai filosofi maupun penjelasan tentang sesaji dan lain-lain. Filiana bahkan tak jarang untuk membuat kalimat dalam bahasa Jawa dan beberapa kata dalam bahasa Belanda, Ia bahkan menyelipkan sebuah aksara Jawa dalam plot ceritanya.
Sebuah buku yang dibuat untuk membuat kita mengenal akan budaya Jogja dan bagaimana keadaan tanah Jawa pada saat itu, sebuah buku yang dikemas dalam bentuk kisah romansa yang membuat kita sadar bahwa semua tidak selalu tentang cinta tetapi juga tentang karma dan logika yang menjadi penyeimbang.
Sumber:
Penulis Novel Tanah Bangsawan, Filiana Nur Wahiddah.
Komentar
Posting Komentar